Benhard Sumbayak
Investor mana yang tidak ingin sukses? Kenyataannya bukannya untung tetapi buntung, itulah yang sering dikeluhkan banyak pihak. Acapkali orang bertanya kepada saya apa saja kiat-kiat sukses berinvestasi? Untuk meraih kesuksesan kita perlu mengawalinya dengan memahami beberapa hal yang perlu dipertimbangkan bagi setiap investor dalam berinvestasi yaitu:
1. Tujuan dalam melakukan investasi; ini akan membedakan tolok ukur kesuksesan investasi pada masing-masing investor.
2. Perlu adanya strategi dan insting investasi yang tepat.
3. Profil risiko dari masing-masing investor.
Memasuki akan tahun yang baru ini tidak ada salahnya kita mengukur portfolio investasi yang ada dan membidik investasi yang tepat untuk kita lakukan di tahun 2013. Dalam mengelola portfolio investasi yang ada saat ini, pertama-tama setiap investor haruslah menentukan untuk memiliki porsi tetap alokasi penggunaan pendapatannya setiap bulan atau setiap tahun untuk investasi. Porsi alokasi dan jumlah investasi tentu berbeda-beda untuk setiap investor, tergantung dari profil risiko masing-masing investor, namun setiap investor harus disiplin menjalankan sesuai dengan komitmennya. Tidak ada ukuran yang pasti namun idealnya adalah sepertiga dari pendapatannya adalah untuk investasi.
Mengapa demikian? Karena kita harus mengalokasikan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sesuai dengan pola hidup yang sudah dijalaninya dan perlu adanya dana darurat atau yang dikenal dengan emergency fund yang dibutuhkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan, misalnya tiba-tiba anggota keluarga ada yang sakit atau kecelakaan sehingga harus masuk ke rumah sakit, atau tertimpa musibah banjir atau kebakaran di mana kita membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan mendadak atau emergency tersebut. Sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari pada umumnya adalah pengeluaran rutin, akomodasi, pendidikan anak serta proteksi yang bisa berupa asuransi. Umumnya dana darurat tersebut disimpan di bank dalam bentuk tabungan atau deposito. Nah, sisanya yang 30% itu dapat dialokasikan untuk tujuan investasi.
Pilihan Investasi
Dalam pembahasan saya sebelumnya mengenai “Financial Check Up” ditekankan mengenai investasi dalam instrumen keuangan di Pasar Modal dan perbankan. Dalam ulasan kali ini, akan dibahas juga tentang investasi fisik seperti properti emas serta derivatif , termasuk derivatif emas dan mata uang di pasar komoditi berjangka. Hal ini sejalan dengan ulasan dari para pakar vibiz consulting dalam Outlook Perekonomian dan Investasi Indonesia di tahun 2013. Direkomendasikan dari 30% porsi pendapatan yang dialokasikan untuk investasi, idealnya 70%-nya dialokasikan untuk investasi yang rutin dan tetap. Bentuknya bisa cicilan properti seperti tanah, rumah, atau tempat usaha misalnya rumah kos atau hotel. Skema investasi tetap rutin seperti itu merupakan cara untuk mendiversifikasi waktu dan jumlah investasi sehingga meminimalkan risiko. Cara itu dapat lebih efektif jika dipadukan dengan berinvestasi di pasar modal yang lebih terjangkau dan dengan pendebitan otomatis dari rekening utama investor ke rekening investasinya.
Untuk investasi di emas secara fisik pada tahun 2012 menunjukkan pasar yang bergejolak. Dari harga Rp471 ribu per gramnya di awal tahun, emas berfluktuasi sempat menyentuh harga tertingginya Rp552 ribu dan kemudian terkoreksi untuk di akhir tahun ditutup pada harga Rp516 ribu per gram. Ini merupakan kenaikan sekitar 9,5% setahunnya. Tidak banyak kenaikannya, namun diperkirakan emas akan kembali diburu investor global di tengah ketidakpastian ekonomi dunia yang berkelanjutan.
Sementara itu, untuk sektor property pada tahun 2012 di Jabodetabek menunjukkan pertumbuhan harga yang signifikan, berkisar 20% sd 35%. Ini berlaku untuk produk residential (rumah dan apartemen) maupun komersial (ruko, gedung tinggi). Bahkan di beberapa lokasi bisa terjadi kenaikan harga sampai 100%. Nampaknya, di tahun 2013 property masih menjadi salah satu primadona investasi, apalagi diperkirakan investor asing akan memasukkan modalnya ke sini setelah aturan kepemilikan asing dibuka.
Bila ingin berinvestasi di pasar modal atau melanjutkan portfolio yang ada, kita perlu menyesuaikannya dengan profil risiko dan pengalaman berinvestasi masing-masing investor. Jika profil risiko investor adalah moderat sampai agresif dan sudah mengerti seluk-beluk dan risiko investasi di pasar modal maka disarankan untuk bertransaksi di pasar saham karena ada peluang besar menanti di situ. Namun, ada pantangan yang harus dipahami investor yaitu; hindari ketakutan dan keserakahan. Di sisi lain, investor juga harus punya banyak waktu untuk memantau harga saham dan saham-saham mana yang patut dipilih untuk dibeli, ditambah dengan kematangan psikologis dan pengetahuan yang memadai.
Jika Anda sebagai pemula dalam berinvestasi di saham, sebagai investor juga harus mempelajari sedikit tentang analisa fundamental sebuah saham dari total 440 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan juga analisa teknikal kapan waktu membeli, dan waktu mengambil keuntungan.
Sesuai dengan prospek ekonomi dan bisnis di tahun 2013, nampaknya saham-saham yang bergerak di bidang properti, perbankan, barang konsumsi masih menjanjikan untuk dikoleksi.
Selanjutnya, jika profil risiko Anda adalah agresif, maka dapat ditambahkan dengan melakukan investasi emas dalam bentuk derivative trading-nya di bursa komoditi berjangka. Ini dapat dikombinasikan dengan trading forex (foreign exchange) yang fluktuasi harganya bisa naik atau turun dalam waktu singkat, sehingga dinamika pasarnya dapat memberi keuntungan yang berlipat-lipat. Namun tetap harus berhati-hati, jangan tergiur dengan keuntungan yang berlipat-lipat karena sifatnya yang fluktuatif sehingga ada risiko rugi dan bunga marginnya yang juga berlipat-lipat. Investasi di sini termasuk dalam kategori “high risk high return”
Bagi investor pemula atau yang memiliki profil risiko konservatif sampai moderat, saya sarankan untuk melakukan investasi di unit-linked dan reksadana yang lebih pasif yang membutuhkan perhatian dan waktu yang lebih singkat untuk memantaunya dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Mengapa demikian? Karena unit-linked atau reksadana dikelola manajer investasi berpengalaman dan memiliki keahlian sendiri sehingga risikonya dapat dikurangi dibandingkan dengan investasi efek secara langsung di pasar modal dengan biaya jasa tertentu.
Untuk investasi di reksadana juga tergantung dari profil risiko sang investor, jika Anda tergolong konservatif, maka dapat melakukan investasi dalam reksadana pendapatan tetap dimana instrumen yang mendasarinya adalah obligasi. Di tahun 2012 berdasarkan sumber data dari PT Infovesta maka, sebagai contoh, Reksa Dana Pendapatan Tetap yang paling tinggi pertumbuhannya adalah Panin Dana Utama Plus 2 dengan nilai pertumbuhan 12,84%.
Jika profil risiko Anda adalah konservatif sampai moderat, maka Anda dapat berinvestasi pada Reksadana Campuran, dimana instrumen investasi yang mendasarinya dapat terdiri dari obligasi dan sebagian saham blue cheap. Berdasarkan sumber data dari PT Infovesta maka Reksa Dana Campuran yang pertumbuhannya paling tinggi adalah Nikko BUMN Plus dimana pertumbuhannya selama tahun 2012 adalah 29,61%.
Jika profil risiko Anda adalah moderat sampai agresif, maka disarankan memilih berinvestasi dalam Reksa Dana Saham dimana instrumen investasi yang mendasarinya adalah variasi dari saham-saham blue cheap. Berdasarkan sumber data dari PT Infovesta maka Reksa Dana Saham yang pertumbuhannya paling tinggi sepanjang tahun 2012 adalah Sam Indonesian Equity Fund dengan tingkat pertumbuhan 40,23% pertahunnya.
Demikian sudah dipaparkan hal-hal yang perlu diketahui dalam berinvestasi, hal-hal yang perlu dihindari, profil risiko serta sejumlah pilihan investasi yang disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko. Selanjutnya, Anda identifikasi tujuan investasi dan profil risiko Anda, kemudian silakan lirik pilihan investasi di tahun 2013 sesuai dengan alokasi dana yang dimiliki. Selamat berinvestasi dan sukses!
Tulisan ini diambil dari www.vibizconsulting.com
dan ditulis oleh benhard sumbayak (CEO Vibiz Group)
Post a Comment
Orang Keren habis baca pasti komen, setuju ?