Home » » Tikus dan Perangkap Tikus

Tikus dan Perangkap Tikus

Written By Unknown on Wednesday, January 2, 2013 | 6:18 AM







Diceritakan bahwa pada suatu ketika hiduplah seekor tikus di rumah petani, dan dia adalah seekor tikus kecil yg bahagia, dia cukup makan, karena adalah hal yg bagus jika ada tikus di rumah anda karena anda tidak memerlukan lagi vacum cleaner, karena si tikus bisa memakan sisa potongan makanan yg berserakan di mana-mna. Tetapi si petani pemilik rumah tidak pernah suka pada tikus ini. Jadi, pada suatu hari si tikus mengintip dari celah-celah dinding, dan dia melihat si petani sedang membuka bungkusan sebuah kotak. Ketika dia melihat apa yg ada di dalam kotak itu, si tikus pun menjadi takut. Ternyata si petani membeli sebuah perangkap tikus! Dan si tikus pun menjadi sangat sedih dan takut sehingga dia pergi menemui temannya, si ayam. "Petani membeli perangkap tikus! Petani membeli perangkap tikus!*Gawat! Ini benar-benar gawat!" Dan si ayam berkata, "Bukan urusanku. Tidak ada hubungannya dgn ku. Jadi itu adalah masalahmu, tikus. Pergi dari sini!" Dan si tikus pun tidak mendapat simpati dari si ayam. Jadi, dia pergi mencari temannya yg lain, Pak Babi.

"Pak Babi, Pak Babi, petani membeli perangkap tikus! Ini kabar buruk! Saya bahkan tidak bisa tidur malam ini! Saya dalam bahaya!" Pak Babi berkata, "Bukan urusanku. Itu kan masalahmu. Dia tidak bisa menangkap babi dgn perangkap tikus. Kamu memang bernasib sial. Enyah dari sini!" Jadi si tikus pun benar-benar kecewa dgn temannya Pak Babi ini. Lalu dia pergi menemui Bu Sapi. "Bu Sapi, Bu Sapi, tolonglah, petani membeli perangkap tikus, dan saya begitu takut dan paranoid sekarang! Kadang-kadang, kamu bisa lari dan lari, tapi kamu tidak tahu apa yg sedang kamu hindari. Saya bisa terjebak perangkap tikus dan mati!" Dan Bu Sapi berkata, "Kalau begitu, mungkin itu adalah kamma dari kehidupanmu yg lampau, tetapi itu tidak ada hubungannya denganku." Jadi, si tikus ini tidak mendapat simpati apa pun dari teman-temannya. Dia pun kembali ke sarangnya, takut. Dan malam itu, seekor ular masuk ke rumah si petani dan ekornya terjebak di perangkap tikus. Ketika istri si petani datang utk melihat apakah tikus itu sudah tertangkap, ular itu menggigit istri si petani. Sehingga istri petani itu pun sakit parah. Karena sakitnya begitu parah, si petani berpikir, "Apa yg bagus utk mengobati penyakit? Sup ayam.....!" Jadi, dia pun menangkap Si Ayam, memotong kepalanya dan memasaknya utk membuat sup utk sang istri. Si Ayam kehilangan nyawanya. Dan tentu saja istri petani tidak sembuh-sembuh juga. Semua sanak saudaranya mulai berdatangan mengunjunginya. Dgn teman-teman dan sanak saudara yg berdatangan ke rumah, si petani miskin ini tidak tahu bagaimana menjamu para tamunya itu. Jadi, dia pun menyembelih Pak Babi dan membuatkan sosis dan ham utk para tamunya. Jadi, Pak Babi kehilangan nyawanya juga. Dan tidak peduli berapa banyak pun sup ayam yg dia berikan utk istrinya, tidak peduli berapa banyak pun tamu yg datang dan daging yg petani sediakan utk tamunya, akhirnya istri petani yg malang itu meninggal dunia. Karena dia sudah meninggal dunia, anda semua tahu betapa mahalnya biaya pemakaman. Si Petani harus menyembelih Bu Sapi dan menjual dagingnya utk membayar biaya pemakaman. Jadi pada akhirnya, Si Ayam mati, Pak Babi kehilangan nyawanya, Bu Sapi disembelih, gara-gara perangkap tikus.

Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus saja. Itu adalah masalah semua orang, yg menjadi makna dari cerita itu. Karena kadang-kadang anda berpikir, "Ah, itu tidak akan berakibat apa pun pada saya. Tidak ada urusannya dgn saya. Itu urusan orang lain." Dan cerita itu bilang, "Tidak, ia bisa menjadi masalah anda juga." Oleh karena itu, kita seharusnya selalu menolong satu sama lain, walaupun kita berpikir ia tidak akan berakibat apa pun pada kita.
Share this article :

Post a Comment

Orang Keren habis baca pasti komen, setuju ?

 
Support : TV Series | Ekspresi2nd Kaskus | Satya Kumara
Copyright © 2013. Blog Seorang Pemuda - All Rights Reserved
Template edited by Satya Kumara Published by Blog Seorang Pemuda
Proudly powered by Blogger