Home » » Belajar dari Illuminata

Belajar dari Illuminata

Written By Unknown on Saturday, January 5, 2013 | 7:53 AM



di sini hanya akan dikutip beberapa dari buku Illuminata,,jika ingin belajar lebih banyak silahkan baca langsung dari bukunya.


ILLUMINATA Be Good Be Happy Be Mindful


Petikan Pengantar Jaya Suprana
"Andaikata semua umat beragama bisa memiliki iman dan pemahanan rohaniah seperti penulis buku ini dapat dibayangkan betapa indah kehidupan di Planet Bumi ini karena tiada paksaan dogma-dogma fundamentalis sebagai sumber kebencian, permusuhan, penganiayaan, bahkan pembinasaan yang mengerikan!"
~Jaya Suprana, Budayawan, Kelirumolog

... Renungan Kebajikan ...
Semoga aku menjadi obat bagi yang sakit.
Semoga aku menjadi makanan bagi yang kelaparan.
Semoga aku menjadi pelindung bagi yang takut.
Semoga aku menjadi suaka bagi yang dalam bahaya.
Semoga aku menjadi penyejuk bagi yang murka.
Semoga aku menjadi pemandu bagi yang tersesat.
Semoga aku menjadi bahtera bagi yang menyeberang.
Semoga aku menjadi pelita bagi yang dalam gulita.

---

ILLUMINATA 01


EMPAT ISTRI

Pada zaman dahulu, ada seorang pedagang kaya yang memiliki 4 orang istri. Dia paling mencintai istri ke-4-nya dan memanjakannya dengan berbagai fasilitas hidup yang bagus. Dia sangat penuh perhatian terhadap istri ke-4 dan selalu memberinya yang terbaik.

Dia juga sangat mencintai istri ke-3-nya. Dia sangat membanggakannya dan selalu ingin memamerkannya kepada teman-temannya. Namun demikian, sang pedagang senantiasa khawatir kalau istri ke-3 ini kabur dengan pria lain.

Dia juga mencintai istri ke-2-nya. Istri ke-2 ini adalah wanita yang penuh pengertian, penyabar, dan menjadi sandaran sang pedagang. Bilamana sang pedagang menghadapi masalah, istri ke-2 selalu datang dan membantunya memberikan jalan keluar dari masalah.

Sang istri pertama adalah wanita yang sangat setia dan telah berjasa besar dalam menjaga kekayaan dan kejayaan sang pedagang, serta mengurus rumah tangga mereka. Namun demikian, sang pedagang kurang mencintai istri pertamanya dan jarang memperhatikannya.

Suatu hari, sang pedagang jatuh sakit dan tak berapa lama dia menyadari bahwa dia akan segera meninggal. Dia teringat kehidupan mewah yang telah dijalaninya dan merenung: "Di sini aku punya 4 istri yang mencintaiku, tapi kalau aku mati... aku akan sendirian. Aku akan kesepian!"

Maka dia bertanya kepada istri ke-4, "Aku paling mencintaimu, melimpahimu dengan busana terbaik, dan mencurahkan perhatian besar kepadamu. Sebentar lagi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?" "Tidak bisa!", jawab istri ke-4 sambil bergegas meninggalkannya. Jawaban itu laksana pisau tajam yang langsung menusuk hati sang pedagang.

Pedagang yang kecewa itu lalu bertanya kepada istri ke-3-nya, "Aku mencintaimu dengan segenap hidupku, tapi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?" "Tidak mau!", jawab istri ke-3. "Hidup ini begitu indah! Aku akan menikah lagi kalau kamu sudah mati." Mendengar jawaban ini, hati sang pedagang jadi runtuh.

Dengan sedih, dia bertanya kepada istri ke-2, "Aku selalu berpaling padamu dan kamu selalu menolongku. Sekarang aku butuh pertolonganmu lagi. Kalau aku mati, maukah kamu pergi bersamaku?" "Maaf, kali ini aku tidak sanggup menolongmu," jawab istri ke-2. "Paling-paling, aku hanya bisa mengirimmu ke krematorium." Jawaban ini bagaikan halilintar dan membuat sang pedagang diam terlongong-longong...

Tiba-tiba terdengar suara, "Aku akan tinggal bersamamu. Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi." Sang pedagang menoleh dan dia melihat istri pertamanya. Ia begitu kurus, lemah, dan tampak kurang gizi. Sang pedagang jadi sangat terenyuh... dan meratap lirih, "Aku seharusnya memperhatikanmu selagi aku bisa..."

Demikianlah, istri ke-4 adalah ibarat tubuh kita. Tak peduli seberapa lama dan besar usaha kita untuk mempercantik tubuh, tubuh tidak akan pergi bersama kita ketika kita mati.

Istri ke-3 ibarat jabatan dan kekayaaan kita. Ketika kita mati, tidakkah mereka pergi menjadi milik orang lain? Tidakkah orang lain mengambil alih posisi kita?

Istri ke-2 adalah ibarat keluarga dan teman-teman kita. Tak peduli betapa baiknya mereka saat kita hidup, paling jauh mereka hanya akan bisa mengantar kita ke krematorium.

Istri pertama, dalam hal ini diibaratkan sebagai kesadaran atau sisi spiritual kita, yang telah kita abaikan sepanjang waktu dalam pengejaran kesenangan material dan indrawi. Padahal, justru kesadaran inilah yang merupakan satu-satunya hal yang terus bersama kita ke mana pun kita pergi.

Oleh karenanya, sudah semestinya kita mulai mengembangkan dan melatih kesadaran kita, alih-alih menunggu sampai menjelang ajal dan meratap, "Aku seharusnya memperhatikanmu selagi aku bisa..."

Be Happy!

---

ILLUMINATA 02


KERENDAHAN HATI SEMU

Kita bisa amati bahwa kerendahan hati yang semu dapat berkembang sedemikian rupa sehingga orang bisa MERASA benar-benar rendah hati. Hal ini bisa sangat menakutkan!
Kadang-kadang kita secara tidak sengaja menjadi korban hal ini... Beberapa dari kita, terkadang dituduh kurang rendah hati dan tulus. Oleh karenanya, ada orang yang belajar terlalu cepat dan terlalu keras untuk menjadi rendah hati dan tulus, tanpa PERHATIAN yang benar dan memadai.

Yang dimaksud dengan PERHATIAN yang kurang benar dan kurang memadai adalah bahwa perhatian orang semacam itu hanyalah cukup untuk menjaga pikiran dan perbuatannya terhadap orang lain. Perhatian itu BELUM menembus ke dalam pikirannya sendiri!

Ia bisa menjadi sungguh rendah hati, namun hanya dengan tujuan untuk memberikan kesan yang baik. Dan niat untuk memberikan kesan baik ini terasa seperti AKTUALISASI DIRI yang sehat, padahal ini adalah "KESOMBONGAN" yang justru merupakan hambatan bagi pengembangan spiritual. Orang menjadi tidak jujur kepada diri sendiri dan dunia tanpa menyadarinya.

Para orang bijak tidak memiliki aktualisasi diri karena mereka tidak memiliki diri (ego). Karena tidak memiliki ego, mereka bisa untuk tidak mementingkan diri sendiri. Mereka tidak perlu merendahkan hati karena pada hakikatnya mereka tidak memiliki keangkuhan untuk ditaklukkan. Namun demikian, kita melihat sosok yang menyenangkan secara alamiah dari seorang yang agung, semuanya ALAMI tanpa "perasa" maupun "pengawet", mengatasi semua pretensi dan pertentangan di dalam batin. Betul-betul damai dan menyegarkan!

Waspadalah terhadap kerendahan hati yang semu—kurangi keterpaksaan untuk menjadi rendah hati—jadilah alami!

Catatan: Dalam teori hirarki kebutuhan Maslow yang tersohor, dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan tertinggi seseorang adalah AKTUALISASI DIRI (self-actualization). Tidak banyak yang tahu bahwa menjelang akhir hayatnya Maslow meralat teorinya, yang mana pencapaian tertinggi seharusnya adalah MELEPASKAN DIRI (self-transcendence)—meninggalkan pemuasan keinginan diri nan tiada habis.

Be Happy!

---

ILLUMINATA 03


PELAJARAN TITANIC

Apa yang lebih berarti daripada kisah cinta dalam film Titanic, adalah bagaimana karakter yang berbeda-beda bereaksi di hadapan wajah kematian yang mendekat:

• Perancang kapal tampak merasa bersalah, ia sedih dan menyesal, merenungkan kesalahan yang telah ia buat, dan membiarkan yang lain berlari ke perahu penyelamat.
• Sang kapten tampak penuh dengan keterikatan, terjebak oleh reputasinya yang rusak dan mimpi indah pensiunnya yang hancur. Ia memegang topinya, tidak mencoba menyelamatkan diri, berdiam diri menunggu kematian. Terlalu angkuh?
• Si orang jahat sungguh tak bermoral, mencoba menyuap dan menipu untuk menyelamatkan diri sendiri.
• Sang petugas tidak sanggup lagi menahan beratnya tekanan saat mencoba menertibkan keadaan. Ia terpaksa menembak salah seorang penumpang yang tidak mau antri. Merasa menyesal dan tak berdaya, ia menembak dirinya sendiri!
• Ada juga orang-orang yang langsung terjun ke laut berenang mengejar perahu penyelamat yang sudah bergerak.
• Ada juga mereka yang berdoa dengan penuh semangat memohon pertolongan.
• Orang biasa, saling berebut untuk dapat masuk ke dalam perahu penyelamat.
• Terdapat juga mereka (seperti Jack dan Rose) yang tidak mau lepas satu sama yang lain, tapi tak peduli dengan sekitar! Betapa egoisnya cinta buta itu…
• Dan tentu saja, ada sekelompok pemain musik yang membuat sejarah dengan terus memainkan musik sampai mati di tengah orang-orang yang panik.

Jadi pertanyaannya adalah: jika Anda berada di dalam Titanic pada malam itu, Anda akan bereaksi seperti apa? Anda anggap reaksi itu tepat? Apanya yang tepat? Titanic merupakan bencana besar yang nyata. Ia merupakan satu-satunya kapal dalam sejarah yang diklaim tidak dapat tenggelam, namun ia karam dalam pelayarannya yang pertama. Apa hubungannya dengan kita?

Dari kisah nyata itu kita belajar bahwa dalam keadaan normal, setiap orang tampak baik, ramah, bersahabat, sulit untuk tahu siapa yang sebenarnya berkarakter baik atau buruk. Namun begitu krisis melanda… nah! Pada saat itulah, sifat asli setiap orang muncul! Ibarat banjir yang memunculkan semua kotoran, demikian pula kesusahan dan kemalangan akan memunculkan dengan jelas siapa yang baik dan siapa yang kurang baik. Dalam keadaan krisis, karakter asli setiap orang akan tampak lebih nyata. Ini bisa kita amati dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri.

Pelajaran penting lainnya adalah banyak di antara kita yang merasa dirinya Titanic: kita acapkali berlaku seolah kita tidak akan pernah mati. Kita merasa tidak dapat dikalahkan oleh Usia, Penyakit, dan Kematian, tak terkalahkan melawan Hukum Kesementaraan. Terselubungi oleh ilusi besar. Kesementaraan tidak untuk dibicarakan tetapi untuk dihayati sampai ke sumsum tulang. Kematian yang mendekat merupakan motivasi paling kuat bagi kita untuk mencapai keadaan yang mengatasi kematian.

Tepat pada hari kita dilahirkan, kita semua adalah Titanic yang SEDANG tenggelam, mengawali perjalan menuju kematian. Masalahnya adalah kita tidak pernah tahu seberapa banyak bagian dari kapal kehidupan kita yang masih berada di atas air. Sudahkah Anda rencanakan cara menyelamatkan diri? Bagaimana caranya Anda akan keluar dari kapal itu? Ada sebuah pepatah kuno di India:

”Hal yang paling menakjubkan di dunia ini adalah kita semua hidup seolah-olah kita masih akan hidup besok pagi.”

Pada suatu hari nanti, kita tidak akan hidup lagi dan bagian yang menakutkan adalah ‘besok’ itu bisa saja berarti betul-betul besok! Semoga kita dapat menghargai hidup ini dan sadar betapa pentingnya melampaui hidup dan mati, hari ini. Betul, sadarilah hal itu hari ini juga! Karena besok mungkin sudah terlambat.

Iya, iya, Anda sudah pernah mendengar nasihat semacam ini ribuan kali. Jadi, apakah yang ini akan menjadi satu nasihat lagi seperti yang sudah-sudah? Anda sendiri yang menentukan. Anda boleh mulai serius memikirkannya saat ini juga, atau besok???

Be Happy!

---

ILLUMINATA 04


JUNGKIR BALIK

Dalam sebuah ujaran Tiongkok, kadang-kadang kita disebut sebagai “makhluk yang jungkir balik” (dian dao zhong sheng). Mungkin terdengar lucu, tapi ungkapan itu tepat melukiskan sifat kita. Ada beberapa contoh di sini...

Kita, umat manusia kadang-kadang suka membayar agar bisa takut. Kita mencari kesenangan dengan roller-coaster yang mengerikan atau dengan film-film horor dan menganggap itu semua puncak kebahagiaan tertinggi.

Kita jatuh cinta pada orang yang betul-betul asing, seperti pada bintang film yang tak kita kenal, lupa bahwa orang-orang di sekeliling kita (yang kita anggap sudah kita kenal sampai basi) adalah justru orang yang mau mengorbankan nyawa demi kita. Betul, yang saya maksudkan adalah cinta tak terbatas dari orang tua kita yang melampaui cinta-cinta lainnya. Kita sering mengeluarkan duit untuk melihat bintang pujaan kita tanpa banyak berpikir, tapi ragu-ragu saat hendak memberi kepada orang tua kita untuk kesejahteraan mereka.

Kita makan makanan pedas, panas eksotis, membuat perut kita jungkir balik, berkeringatan seperti orang tidak waras, terengah-engah dan merasa ‘sungguh asyik’! Tatkala hal ini terjadi, upaya mendapatkan kesejukan pikiran damai jadi terlupakan! Makanan itu begitu enak—pada momen itu, lebih ‘hebat’ dari surga mana pun! Kita sering memilih pergi menyantap makanan seperti itu daripada bermeditasi atau bertenang damai!

Waktu yang mengasyikkan berarti mabuk sampai setengah mati dan muntah ke mana-mana meskipun harus pusing jungkir balik keesokan harinya.

Banyak terdapat ‘jungkir balik’ yang aneh pada diri kita semua. Sifat orang-orang yang bijaksana sebenarnya tidak terlalu berbeda dari kita, dalam arti mereka cuma orang dengan ‘posisi yang benar’. Orang yang bijaksana sangatlah membumi, realistis, dan dengan penuh pengertian mengajar kita ‘berdiri di atas kaki sendiri’.

Dengan demikian, proses pengembangan itu adalah ‘membalikkan sifat kita yang terbalik’ ke hakikat sebenarnya! Kita semua adalah orang dengan benih pencerahan yang tinggal di-jungkir-balik-kan ke keadaan yang benar! Kita adalah orang biasa atau orang yang telah cerah, tergantung bagaimana kita melihatnya. Dua sisi mata uang! Sudahkah Anda ‘berjungkir balik’? Kepada hidup baru!

Be Happy!

---

ILLUMINATA 05


YA BEGITU SAJA

Suatu hari Sang Guru kehilangan kudanya.
Temannya datang untuk menghibur.
Sang Guru berkata,
"Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya begitu saja."

Suatu hari kudanya pulang beserta seekor kuda liar.
Temannya datang mengucap selamat.
Sang Guru berkata,
"Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya begitu saja."

Suatu hari anak Sang Guru patah kaki jatuh dari kuda liar itu.
Temannya datang untuk menghibur.
Sang Guru berkata,
"Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya begitu saja."

Suatu hari pecah perang, semua pemuda sehat harus berangkat perang.
Temannya datang mengucap selamat.
Sang Guru berkata,
"Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya begitu saja."

Setelah terik datanglah hujan.
Setelah hujan datanglah terik.
Bukan baik atau bukan buruk.
Ya begitu saja.

Kita tidak semestinya terjebak dalam dualisme. Pikiran kita seolah terprogram untuk berpikir dualistik baik–buruk. Lebih jauh, kita selalu melekat pada apa yang kita ANGGAP baik.

Kalau sesuatu yang kita ANGGAP baik datang, kita katakan itu ANUGERAH, kita menyanjung, kita bersorai, kita tergelak….

Kalau sesuatu yang kita ANGGAP tidak baik datang, kita katakan itu MUSIBAH, kita merutuk, kita meratap, kita menangis….

Anugerah atau musibah, sebenarnya ya, begitu saja….
Bukan baik atau bukan buruk.
Pikiran kita sajalah yang meng-ANGGAP-nya demikian.

Masihkah kita akan "dipermainkan" oleh dualisme pikiran?
Ayolah, kita senantiasa berbahagia, dalam segala peristiwa.
Tidak ada baik, tidak ada buruk!
Ya begitu saja….

Be Happy!

---

ILLUMINATA 06


BISA MATI KAPAN SAJA

Seorang pria mendatangi Sang Guru, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.

"Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku," kata Sang Guru. "Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup," pria itu menolak tawaran sang guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" "Ya, memang saya sudah bosan hidup." "Baiklah, kalau begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati. Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol "obat" dari Sang Guru. Dan... ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya... Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu." Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali. Selama ini, mungkin aku salah, "Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh! Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci kebahagiaan."

Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja. Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!

Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA. Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA? Nah!

Be Happy!

---

ILLUMINATA 07


HATI SELUAS DUNIA

Dahulu kala, hiduplah seorang guru yang terkenal bijaksana. Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda dengan langkah lunglai dan rambut masai. Pemuda itu sepertinya tengah dirundung masalah. Tanpa membuang waktu, dia mengungkapkan keresahannya: impiannya gagal, karier, cinta, dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Sang Guru mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok.

"Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Sang Guru.

"Asin dan pahit, pahit sekali," jawab pemuda itu, sembari meludah ke tanah.

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di hutan dekat kediamannya. Kedua orang itu berjalan beriringan dalam kediaman. Sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Sang Guru lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sebilah kayu, diaduknya air telaga, membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, ia pun berkata, "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah."

Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Sang Guru bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut pemuda itu.

"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Sang Guru.

"Tidak," jawab si anak muda.

Sang Guru menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk bersimpuh di tepi telaga.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tetapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita pakai. Kepahitan itu, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan atau kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan cara pandang terhadap kehidupan. Kamu akan banyak belajar dari keluasan itu."

"Hatimu anakku, adalah wadah itu. Batinmu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah hatimu seluas telaga yang mampu meredam setiap kepahitan. Hati yang seluas dunia!"

Keduanya beranjak pulang. Sang Guru masih menyimpan "segenggam garam" untuk orang-orang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan hati.

Be Happy!

---

ILLUMINATA 08


PUDING SUSU YANG BENGKOK

Hiduplah dua anak yang sangat miskin. Mereka hidup dengan meminta-minta makanan dari satu rumah ke rumah lain di desa. Satu dari mereka buta sejak lahir dan yang satu membantunya; setiap hari mereka berkeliling meminta makanan.

Suatu hari anak yang buta jatuh sakit. Temannya berkata, "Kamu istirahat saja. Aku akan carikan makanan buatmu." Lalu dia pergi.

Hari itu anak tersebut cukup beruntung, dia ditraktir oleh seseorang untuk makan puding susu yang sangat lezat. Dia belum pernah mencicipi makanan semacam ini dalam hidupnya dan dia sangat menikmatinya.

Ketika anak itu pulang menemui temannya yang buta, ia menceritakan pengalamannya, "Tadi aku ditraktir makan puding susu yang sangat lezat, tapi sayang aku tidak bisa membawakannya untukmu."

Si anak buta bertanya, "Puding susu itu seperti apa sih?"
Jawab temannya, "Oh, itu lho, putih-putih... susu itu putih."

Karena buta sejak lahir, dia tidak paham, "Putih itu apa?"
"Kamu tidak tahu putih itu seperti apa?"

"Tidak tahu."
"Putih itu kebalikannya hitam."

"Hitam? Apa itu apa hitam?"
"Ya, ampun... coba kamu pahami putih itu saja deh!"

Si anak buta tetap aja belum mengerti. Lantas temannya melihat seekor burung bangau putih dan menangkapnya. Ia menyerahkan bangau putih itu kepada temannya yang buta, "Nah, putih itu seperti ini."

Si anak buta menyentuh bangau itu, "O, aku tahu, putih itu lembut."
"Bukan! Bukan! Itu tidak ada hubungannya. Putih ya putih!"

"Tapi kamu bilang putih itu seperti bangau ini. Aku merasakan bangau ini lembut. Jadi puding susu itu lembut. Putih itu lembut."
"Bukan begitu... kamu masih keliru. Coba lagi..."

Kembali si anak buta memeriksa bangau itu, dia menyapukan tangannya dari paruh, ke leher, ke badan, sampai ke ujung ekor bangau. Akhirnya dia bersorak kegirangan, "Aah, aku tahu sekarang! Putih itu bengkok! Puding susu itu bengkok!"

Dia tidak bisa memahaminya karena dia tidak punya kemampuan untuk mengalami warna putih itu seperti apa adanya. Demikian pula halnya, jika kita tidak mengembangkan kemampuan untuk mengalami Kebenaran seperti apa adanya, maka... Kebenaran akan selalu bengkok!

Be Happy!

---

ILLUMINATA 09


RESEP DOKTER

Seseorang jatuh sakit dan berkonsultasi ke dokter. Sang dokter memeriksanya dan menuliskan resep untuknya. Orang itu sangat percaya kepada dokternya, dia pulang dan menaruh foto sang dokter di ruang doanya. Dia lalu mengambil resep dari sang dokter dan menguncarkan tulisan di dalam resep tersebut, "Pagi dua pil! Siang dua pil! Malam dua pil."

Karena begitu besar kepercayaan orang itu kepada dokternya, setiap hari selama berminggu-minggu dia terus menguncarkan isi resep itu, tetapi tetap saja resep itu tidak membantu menyembuhkan penyakitnya. Dia memutuskan untuk menemui sang dokter lagi untuk mengetahui lebih lanjut tentang resep itu. Ia bertanya kepada sang dokter, "Kenapa Dokter memberi resep ini? Bagaimana resep ini bisa menolong saya?"

Sebagai orang yang bijaksana, sang dokter menjelaskan, "Begini... ini penyakitmu, ini penyebab dari penyakitmu. Jika kamu minum obat yang saya resepkan, obat itu akan mengatasi penyebab penyakitmu. Kalau penyebab penyakitmu sudah teratasi, dengan sendirinya penyakitmu akan tersembuhkan."

Orang itu berpikir, "Wow, luar biasa! Dokterku sangat pintar! Resepnya sangat ampuh!" Dia pulang dan mulai bertikai dengan para tetangga dan temannya, "Dokterku adalah dokter terhebat! Dokter lain tidak ada gunanya!" Namun apa yang dia dapatkan? Seumur hidup mungkin saja dia terus bertikai, tetapi tetap saja ia tidak tertolong. Hanya dengan meminum obatnya, orang itu akan tersembuhkan dari penyakitnya, dari penderitaannya.

Orang yang tercerahkan itu bagaikan dokter. Atas dasar belas kasih, ia memberikan resep berisi nasihat kepada orang-orang mengenai cara untuk membebaskan diri mereka dari penderitaan. Jika orang mengembangkan keimanan membuta kepada orang bijak tersebut, mereka mengubah resep itu menjadi ayat suci dan mulai bertikai dengan aliran lain, menyatakan bahwa ajaran pendiri aliran mereka lebih hebat. Namun demikian, tak ada yang sadar untuk mempraktikkan apa yang diajarkan, untuk meminum obat yang diresepkan agar terbebas dari penderitaan.

Memiliki keyakinan kepada dokter itu bermanfaat kalau memang bisa mendorong pasien untuk mengikuti nasihatnya. Memahami cara kerja obat juga bermanfaat jika itu bisa mendorong pasien untuk meminum obatnya. Tanpa benar-benar meminum obatnya, mana bisa sembuh dari penyakit? Anda harus meminum sendiri obatnya.

Be Happy!

---

ILLUMINATA 10


CARA MENGAJAR TERBAIK

Hiduplah seorang guru yang bijaksana, guru tersebut memiliki beberapa orang murid, salah satu di antara muridnya ada yang gagu. Suatu hari sang guru menyuruh muridnya yang gagu untuk turun gunung.

Sang guru berkata, "Besok, turun gununglah dan sebarkanlah ajaran Kebenaran yang telah kubabarkan kepada semua orang."

Muridnya yang gagu itu merasa rendah diri dan segera menulis di atas kertas, "Maafkan saya Guru, bagaimana mungkin saya dapat menyebarkan ajaran Guru, saya ini kan gagu. Mengapa Guru tidak menyuruh murid lain saja yang tentu mampu membabarkan ajaran Guru dengan lebih baik?"

Sang Guru tersenyum dan meminta muridnya merasakan sebiji anggur yang diberikan olehnya. "Anggur ini manis sekali," tulis muridnya.

Sang Guru kembali memberikan sebiji anggur yang lain. "Anggur ini masam sekali," tulis muridnya.

Kemudian Gurunya melakukan hal yang sama pada seekor burung beo. Biarpun diberi anggur yang manis maupun masam beo itu tetap saja mengoceh, "Masam... masam...."

Sang Guru menjelaskan pada muridnya,

"Kebenaran bukanlah untuk dihafal, bukan pula cuma untuk dipelajari, tapi yang terutama adalah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Cacat tubuh yang kita miliki janganlah menjadi rintangan dalam mengembangkan batin kita. Kita jangan seperti sebuah sendok yang penuh dengan madu, tapi tidak pernah mengetahui manisnya madu itu. Kita jangan seperti beo yang pintar mengoceh, tapi tidak mengerti apa yang diocehkannya.

Engkau memang tidak mampu berbicara dengan baik, tapi bukankah engkau bisa menyebarkan Kebenaran dengan cara-cara lain, misalnya menulis buku? Dan yang lebih penting, bukankah perilaku kamu yang sesuai dengan Kebenaran akan menjadi panutan bagi yang lain?"

Itulah cara mengajar yang terbaik: teladankan Kebenaran dalam perilakumu, bukan cuma dalam omonganmu....

Be Happy!




Share this article :

Post a Comment

Orang Keren habis baca pasti komen, setuju ?

 
Support : TV Series | Ekspresi2nd Kaskus | Satya Kumara
Copyright © 2013. Blog Seorang Pemuda - All Rights Reserved
Template edited by Satya Kumara Published by Blog Seorang Pemuda
Proudly powered by Blogger